Sunday, June 10, 2012

Hormon pada Metabolisme Asam Amino


Peran Hormon Terhadap Metabolisme Asam Amino

Kelompok 4
Kelas C
Tingkat/Semester: I/II
Nama Anggota:
(19) Budi Utami, Ni Komang                         [11E20894]
(20) Darmini, Ni Ketut                                   [11E20889]
(21) Devi Pratiwi, Ni Kadek                           [11E20903]
(22) Diah Krisnayanti, Ni Luh Putu               [11E20907]
(23) Diah Maysiva R.D, Ni Putu                    [11E20908]
(24) Eka Lestari, Ni Putu                                [11E20923]

 
Bab I
Pendahuluan

Metabolisme merupakan suatu reaksi kimia yang terjadi dalam organisme hidup untuk kelangsungan hidupnya. Ada dua macam jalur metabolism yaitu, katabolisme dan anabolisme. Katabolisme merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan anabolisme merupakan proses pembentukan senyawa kompleks dari senyawa sederhana.
Metabolisme Protein akan menghasilkan senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Salah satunya adalah asam amino. Asam amino dapat diperoleh dari hasil degradasi protein yang kita konsumsi atau dari hasil degradasi protein tubuh yang ada di tubuh kita. Asam amino tidak dapat disimpan dalam tubuh. Jika asam amino berlebih atau terjadi kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan lemak), tubuh akan menggunakan asam amino sebagai sumber energi. Asam amino dapat dijadikan energi jika nitrogen dilepas. Berbeda dengan karbohidrat dan lemak, asam amino memerlukan pelepasan gugus amin karena gugus amin bersifat toksik bagi tubuh terutama otak dan sistem saraf pusat.
Asam amino merupakan senyawa organic yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (-NH2). Dimana gugus karboksil bersifat asam dan gugus amina bersifat basa.  Asam amino menyediakan kebutuhan nitrogen untuk: struktur basa nitrogen DNA (Deoxyribonucleic Acid) dan RNA (Ribonucleic Acid); Heme dan struktur lain seperti mioglobin, hemoglobin, sitokrom, enzim, dll; asetilkolin dan neurotransmitter lainnya; hormone dan fosfolipid.
Jalur metabolik asam amino diantaranya ialah:
1.      Produksi asam amino dari pembongkaran protein tubuh, protein yang dikonsumsi serta sintesa asam amino di hati
2.      Pengambilan nitrogen dari asam amino
3.      Katabolisme asam amino menjadi energy melalui siklus asam serta siklus urea sebagai proses pengolahan hasil sampingan pemecahan asam amino
4.      Sintesis protein dari asam-asam amino.
Asam amino menghasilkan zat amfibolik dimana zat amfibolik ialah suatu senyawa yang masih memerlukan pengolahan lagi. Zat antara metabolic dapat diubah menjadi glukosa. Dari 20 asam amino menghasilkan 7 molekul metabolik. Asam amino yang menghasilkan asetil ko-A atau asetoasetil ko-A disebut asam amino ketogenik. Asam amino ketogenik yaitu leusin dan lisin. Asam amino yang menghasilkan piruvat, α-ketoglutarat, suksinil ko-A, fumarat atau oksaloasetat disebut asam amino glukogenik. Asam amino glukogenik yaitu diantaranya, arginine, histidine, methionine, valine, alanine, aspargine, aspartat, cysteine, glutamate, glutamine, glycine, proline, serine, dan tyrosine. Sedangkan asam amino campuran (antara glukogenik dan ketogenik) yaitu isoleusin, felalanin, triptofan, dan trionin.
Asam amino juga sebagai pembentuk bahan tertentu yang mempunyai kepentingan biologis. Salah satunya adalah Hormon. Hormon merupakan senyawa organik yang dihasilkan oleh kalenjar endokrin dan berfungsi untuk membantu mengatur aktivitas tubuh seperti metabolisme, reproduksi, pertumbuhan, dan perkembangan, serta mengatur keseimbangan tubuh. Hormon yang membantu petabolisme tubuh akan mempercepat atau memperlambat untuk mencapai homeostasis tubuh.



Bab II
Tinjauan Pustaka

Konsentrasi normal asam amino dalam darah antara 35 dan 6 mg/dl. Ingatlah bahwa produk akhir pencernaan protein di saluran cerna hampir seluruhnya adalah asam amino dikarenakan polipeptida atau protein jarang diserap dalam darah. Setelah makan protein akan dikatabolisme menjadi asam-asam amino yang masuk ke dalam aliran darah dalam waktu 5 samapi 10 menit oleh sel di seluruh tubuh diserap. Karena molekul-molekul asam amino terlalu besar untuk dapat berdifusi melalui membrane sel, maka asam amino diangkut menembus membrane hanya oleh transport aktif atau difusi terfasilitasi menggunakan mekanisme pengangkut.
Asam amino disimpan sebagai protein dalam sel. Hampir segera setelah masuk ke dalam sel, asam amino terkonjugasi di bawah pengaruh enzim-enzim intraselular dengan protein sel, sehingga konsentrasi asam amino bebas di dalam sel hampir selalu rendah. Asam amino disimpan terutama dalam bentuk protein. Banyak protein intraselular dapat cepat diuraikan menjadi asam-asam amino di bawah pengaruh enzim pencernaan lisosom intraselular; dan asam-asam amino ini kemudian dapat diangkut kembali ke darah. Pengecualian khusus adalah protein di kromosom nucleus dan protein structural misalnya kolagen dan protein kontraktil otot; protein-protein ini tidak ikut serta secara signifikan dalam penyimpanan asam amino siap pakai.
Jika konsentrasi asam amino plasma turun dibawah kadar normal, asam amino diangkut keluar sel untuk memulihkan pasokan dalam plasma. Secara bersamaan, protein-protein intraselular diuraikan menjadi asam amino. Setiap jenis sel memiliki batas atas jumlah protein yang dapat disimpannya. Setelah sel mencapai batas tersebut, kelebihan asam amino dalam sirkulasi diuraikan menjadi produk lain dan digunakan untuk energy atau diubah menjadi lemak atau glikogen dan disimpan.
Terdapat asam amino essensial dan non-essensial. Dari 20 asam amino yang normalnya terdapat dalam protein hewani, 10 dapat disintesis di sel dan 10 asam amino sisanya tidak dapat disintesis atau disintesis dalam jumlah yang terlalu sedikit dibandingkan dengan keperluan tubuh. Asam amino yang tidak dapat disintesis tubuh disebut asam amino essensial karena harus terdapat dalam makanan yang dikonsumsi. Pembentukan asam amino non essensial bergantung pada pembentukan precursor asam α-keto yang sesuai dari asam amino yang bersangkutan. Asam peruvat, yang dibentuk dalam jumlah besar sewaktu penguraian glikolitik glukosa, adalah prekusor asam α-keto asam amino alanin.
Asam amino dikatabolisme berdasarkan atom N dan atom C. Katabolisme atom N masuk ke siklus urea menghasilkan urea yang akan diekskresi oleh tubuh. Sedangkan atom C menghasilkan zat antara amfibolik dimana masuk ke siklus asam sitrat.
Gambar 1 Degradasi asam amino
Gambar 2 Katabolisme atom C

Asam amino tidak hanya membantu dalam pembentukan beberapa hormone melainkan dalam metabolisme asam amino dipengaruhi oleh beberapa hormone. Hormone pertumbuhan dipercayai meningkatkan transport asam amino menembus membrane sel dan mempercepat proses transkripsi dan translasi DNA dan RNA untuk sintesis protein. Sebagaian dari kerja ini juga mungkin dihasilkan oleh efek hormone pertumbuhan pada metabolisme lemak. Hormone pertumbuhan menyebabkan pengkatan laju pembebasan lemak dari simpanan lemak, yang mengurangi laju oksidasi asam amino dan selanjutnya meningkatkan jumlah asam amino yang tersedia untuk membentuk protein.
Insulin mempercepat transport asam amino masuk sel. Defisiensi insulin mengurangi sintesis protein hingga mendekati nol. Insulin juga meningkatkan ketersediaan glukosa bagi sel sehingga pemakaian asam amino untuk energy berkurang.
Glukokortikoid menurunkan jumlah protein di kebanyakan jaringan dan meningkatkan konsentrasi asam amino dalam plasma. Dipercayai bahwa glukokortikoid bekerja dengan meningkatkan laju penguraian protein ekstrahepatik sehingga ketersediaan asam amino di dalam cairan tububuh meningkat. Efek glukokortikoid pada metabolisme protein sangat penting mendorong ketogenesis dan glukoneogenesis.
Testosterone meningkatkan pengendapan protein dalam jaringan di seluruh tubuh, terutama otot. Mekanisme dari efek ini tidak diketahui, tetapi berbeda dari efek hormone pertumbuhan. Hormone pertumbuhan menyebabkanjaringan terus tumbuh hampir tanpa batas, sementara testosterone menyebabkan otot dan jaringan protein lain membesar hanya untuk beberapa bulan. Setelah waktu ini, pengendapan protein lebih lanjut terhenti meskipun testosterone terus diberikan.
Estrogen menyebabkan sedikit pengendapan protein. Efek estrogen relative tidak signifikan dibandingkan dengan efek testosterone.
Tiroksin meningkatkan laju metabolisme di semua sel dan secara tak langsung memengaruhi metabolisme protein. Jika jumlah karbohidrat dan lemak kurang memadai untuk energy, tiroksin menyebabkan penguraian cepa protein untuk energy. Jika jumlah karbohidrat dan lemak yang tersedia memadai, kelebihan asam amino digunakan untuk meningkatkan laju sintesis protein.
Defisiensi tiroksin menyebabkan hambatan pertumbuhan karena kurangnya sintesis protein. Diperkirakan bahwa tiroksin tidak banyak memiliki efek langsung pada metabolisme protein tetapi hormone ini memiliki efek menyeluruh penting dalam meningkatkan laju reaksi-reaksi protein anabolic dan katabolic normal.
Bab III
Kesimpulan

Metabolisme asam amino yang menghasilkan zat antara amfibolik dan zat sisa yang bersifat toksik bagi tubuh terutama otak dan system saraf pusat akan diekskresikan. Asam amino tidak dapat disimpan dalam tubuh, tetapi disimpan dalam bentuk protein tubuh. Asam amino dapat dijadikan sumber energy jika sumber energy lain (karbohidrat atau lemak) sedikit. Asam amino dapat menghasilkan energy dengan melepaskan gugus aminnya. Pelepasan gugus amin diperlukan karena gugus amin bersifat toksik bagi tubuh. Asam amino tidak hanya berpengaruh dalam pembentukan beberapa hormone endokrin melainkan hormone juga ikut berperan dalam metabolisme asam amino itu sendiri. Hormone dapat meningkatkan atau menurunkan laju metabolisme asam amino.



Daftar Pustaka

Hall, John E. 2010. Buku Saku Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall, Ed. 11. Jakarta: EGC.
Murray, Robert K., Granner, Daryl K., Rodwell, Victor W. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Cetakan I, Jakarta: EGC
www.google.co.id/metabolismeasamamino/10-03-12
www.google.co.id/pengaruhhormonpadametabolismeasamamino/10-03-12
www.google.co.id/pengaturanmetabolismeasamaminoolehhormon/10-03-12

No comments:

Post a Comment