Peran Hormon Terhadap Metabolisme
Asam Amino
Kelompok
4
Kelas
C
Tingkat/Semester:
I/II
Nama
Anggota:
(19) Budi Utami,
Ni Komang [11E20894]
(20) Darmini, Ni
Ketut [11E20889]
(21) Devi
Pratiwi, Ni Kadek [11E20903]
(22) Diah
Krisnayanti, Ni Luh Putu [11E20907]
(23) Diah
Maysiva R.D, Ni Putu [11E20908]
Bab
I
Pendahuluan
Metabolisme
merupakan suatu reaksi kimia yang terjadi dalam organisme hidup untuk
kelangsungan hidupnya. Ada dua macam jalur metabolism yaitu, katabolisme dan
anabolisme. Katabolisme merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi
senyawa yang sederhana. Sedangkan anabolisme merupakan proses pembentukan
senyawa kompleks dari senyawa sederhana.
Metabolisme
Protein akan menghasilkan senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Salah satunya
adalah asam amino. Asam amino dapat diperoleh dari hasil degradasi protein yang
kita konsumsi atau dari hasil degradasi protein tubuh yang ada di tubuh kita. Asam
amino tidak dapat disimpan dalam tubuh. Jika asam amino berlebih atau terjadi
kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan lemak), tubuh akan menggunakan
asam amino sebagai sumber energi. Asam amino dapat dijadikan energi jika
nitrogen dilepas. Berbeda dengan karbohidrat dan lemak, asam amino memerlukan pelepasan
gugus amin karena gugus amin bersifat toksik bagi tubuh terutama otak dan
sistem saraf pusat.
Asam
amino merupakan senyawa organic yang memiliki gugus fungsional karboksil
(-COOH) dan amina (-NH2). Dimana gugus karboksil bersifat asam dan
gugus amina bersifat basa. Asam amino
menyediakan kebutuhan nitrogen untuk: struktur basa nitrogen DNA (Deoxyribonucleic
Acid) dan RNA (Ribonucleic Acid); Heme dan struktur lain seperti mioglobin,
hemoglobin, sitokrom, enzim, dll; asetilkolin dan neurotransmitter lainnya;
hormone dan fosfolipid.
Jalur
metabolik asam amino diantaranya ialah:
1. Produksi
asam amino dari pembongkaran protein tubuh, protein yang dikonsumsi serta
sintesa asam amino di hati
2. Pengambilan
nitrogen dari asam amino
3. Katabolisme
asam amino menjadi energy melalui siklus asam serta siklus urea sebagai proses
pengolahan hasil sampingan pemecahan asam amino
4. Sintesis
protein dari asam-asam amino.
Asam
amino menghasilkan zat amfibolik dimana zat amfibolik ialah suatu senyawa yang
masih memerlukan pengolahan lagi. Zat antara metabolic dapat diubah menjadi
glukosa. Dari 20 asam amino menghasilkan 7 molekul metabolik. Asam amino yang
menghasilkan asetil ko-A atau asetoasetil ko-A disebut asam amino ketogenik.
Asam amino ketogenik yaitu leusin dan lisin. Asam amino yang menghasilkan
piruvat, α-ketoglutarat, suksinil ko-A, fumarat atau oksaloasetat disebut asam
amino glukogenik. Asam amino glukogenik yaitu diantaranya, arginine, histidine,
methionine, valine, alanine, aspargine, aspartat, cysteine, glutamate,
glutamine, glycine, proline, serine, dan tyrosine. Sedangkan asam amino
campuran (antara glukogenik dan ketogenik) yaitu isoleusin, felalanin,
triptofan, dan trionin.
Asam
amino juga sebagai pembentuk bahan tertentu yang mempunyai kepentingan biologis.
Salah satunya adalah Hormon. Hormon merupakan senyawa organik yang dihasilkan
oleh kalenjar endokrin dan berfungsi untuk membantu mengatur aktivitas tubuh
seperti metabolisme, reproduksi, pertumbuhan, dan perkembangan, serta mengatur
keseimbangan tubuh. Hormon yang membantu petabolisme tubuh akan mempercepat
atau memperlambat untuk mencapai homeostasis tubuh.
Bab
II
Tinjauan
Pustaka
Konsentrasi
normal asam amino dalam darah antara 35 dan 6 mg/dl. Ingatlah bahwa produk
akhir pencernaan protein di saluran cerna hampir seluruhnya adalah asam amino
dikarenakan polipeptida atau protein jarang diserap dalam darah. Setelah makan
protein akan dikatabolisme menjadi asam-asam amino yang masuk ke dalam aliran
darah dalam waktu 5 samapi 10 menit oleh sel di seluruh tubuh diserap. Karena
molekul-molekul asam amino terlalu besar untuk dapat berdifusi melalui membrane
sel, maka asam amino diangkut menembus membrane hanya oleh transport aktif atau
difusi terfasilitasi menggunakan mekanisme pengangkut.
Asam
amino disimpan sebagai protein dalam sel. Hampir segera setelah masuk ke dalam
sel, asam amino terkonjugasi di bawah pengaruh enzim-enzim intraselular dengan
protein sel, sehingga konsentrasi asam amino bebas di dalam sel hampir selalu
rendah. Asam amino disimpan terutama dalam bentuk protein. Banyak protein
intraselular dapat cepat diuraikan menjadi asam-asam amino di bawah pengaruh
enzim pencernaan lisosom intraselular; dan asam-asam amino ini kemudian dapat
diangkut kembali ke darah. Pengecualian khusus adalah protein di kromosom
nucleus dan protein structural misalnya kolagen dan protein kontraktil otot;
protein-protein ini tidak ikut serta secara signifikan dalam penyimpanan asam
amino siap pakai.
Jika
konsentrasi asam amino plasma turun dibawah kadar normal, asam amino diangkut
keluar sel untuk memulihkan pasokan dalam plasma. Secara bersamaan,
protein-protein intraselular diuraikan menjadi asam amino. Setiap jenis sel
memiliki batas atas jumlah protein yang dapat disimpannya. Setelah sel mencapai
batas tersebut, kelebihan asam amino dalam sirkulasi diuraikan menjadi produk
lain dan digunakan untuk energy atau diubah menjadi lemak atau glikogen dan
disimpan.
Terdapat
asam amino essensial dan non-essensial. Dari 20 asam amino yang normalnya
terdapat dalam protein hewani, 10 dapat disintesis di sel dan 10 asam amino
sisanya tidak dapat disintesis atau disintesis dalam jumlah yang terlalu
sedikit dibandingkan dengan keperluan tubuh. Asam amino yang tidak dapat
disintesis tubuh disebut asam amino essensial karena harus terdapat dalam
makanan yang dikonsumsi. Pembentukan asam amino non essensial bergantung pada
pembentukan precursor asam α-keto yang sesuai dari asam amino yang bersangkutan.
Asam peruvat, yang dibentuk dalam jumlah besar sewaktu penguraian glikolitik glukosa,
adalah prekusor asam α-keto asam amino alanin.
Asam
amino dikatabolisme berdasarkan atom N dan atom C. Katabolisme atom N masuk ke
siklus urea menghasilkan urea yang akan diekskresi oleh tubuh. Sedangkan atom C
menghasilkan zat antara amfibolik dimana masuk ke siklus asam sitrat.
Gambar 1 Degradasi asam amino
Gambar 2 Katabolisme atom C
Asam
amino tidak hanya membantu dalam pembentukan beberapa hormone melainkan dalam
metabolisme asam amino dipengaruhi oleh beberapa hormone. Hormone pertumbuhan
dipercayai meningkatkan transport asam amino menembus membrane sel dan
mempercepat proses transkripsi dan translasi DNA dan RNA untuk sintesis
protein. Sebagaian dari kerja ini juga mungkin dihasilkan oleh efek hormone
pertumbuhan pada metabolisme lemak. Hormone pertumbuhan menyebabkan pengkatan
laju pembebasan lemak dari simpanan lemak, yang mengurangi laju oksidasi asam
amino dan selanjutnya meningkatkan jumlah asam amino yang tersedia untuk
membentuk protein.
Insulin
mempercepat transport asam amino masuk sel. Defisiensi insulin mengurangi
sintesis protein hingga mendekati nol. Insulin juga meningkatkan ketersediaan
glukosa bagi sel sehingga pemakaian asam amino untuk energy berkurang.
Glukokortikoid
menurunkan jumlah protein di kebanyakan jaringan dan meningkatkan konsentrasi
asam amino dalam plasma. Dipercayai bahwa glukokortikoid bekerja dengan
meningkatkan laju penguraian protein ekstrahepatik sehingga ketersediaan asam
amino di dalam cairan tububuh meningkat. Efek glukokortikoid pada metabolisme
protein sangat penting mendorong ketogenesis dan glukoneogenesis.
Testosterone
meningkatkan pengendapan protein dalam jaringan di seluruh tubuh, terutama
otot. Mekanisme dari efek ini tidak diketahui, tetapi berbeda dari efek hormone
pertumbuhan. Hormone pertumbuhan menyebabkanjaringan terus tumbuh hampir tanpa
batas, sementara testosterone menyebabkan otot dan jaringan protein lain
membesar hanya untuk beberapa bulan. Setelah waktu ini, pengendapan protein
lebih lanjut terhenti meskipun testosterone terus diberikan.
Estrogen
menyebabkan sedikit pengendapan protein. Efek estrogen relative tidak
signifikan dibandingkan dengan efek testosterone.
Tiroksin
meningkatkan laju metabolisme di semua sel dan secara tak langsung memengaruhi
metabolisme protein. Jika jumlah karbohidrat dan lemak kurang memadai untuk
energy, tiroksin menyebabkan penguraian cepa protein untuk energy. Jika jumlah
karbohidrat dan lemak yang tersedia memadai, kelebihan asam amino digunakan
untuk meningkatkan laju sintesis protein.
Defisiensi
tiroksin menyebabkan hambatan pertumbuhan karena kurangnya sintesis protein.
Diperkirakan bahwa tiroksin tidak banyak memiliki efek langsung pada
metabolisme protein tetapi hormone ini memiliki efek menyeluruh penting dalam
meningkatkan laju reaksi-reaksi protein anabolic dan katabolic normal.
Bab
III
Kesimpulan
Metabolisme
asam amino yang menghasilkan zat antara amfibolik dan zat sisa yang bersifat
toksik bagi tubuh terutama otak dan system saraf pusat akan diekskresikan. Asam
amino tidak dapat disimpan dalam tubuh, tetapi disimpan dalam bentuk protein
tubuh. Asam amino dapat dijadikan sumber energy jika sumber energy lain
(karbohidrat atau lemak) sedikit. Asam amino dapat menghasilkan energy dengan melepaskan
gugus aminnya. Pelepasan gugus amin diperlukan karena gugus amin bersifat
toksik bagi tubuh. Asam amino tidak hanya berpengaruh dalam pembentukan
beberapa hormone endokrin melainkan hormone juga ikut berperan dalam
metabolisme asam amino itu sendiri. Hormone dapat meningkatkan atau menurunkan
laju metabolisme asam amino.
Daftar
Pustaka
Hall,
John E. 2010. Buku Saku Fisiologi Kedokteran Guyton & Hall, Ed. 11.
Jakarta: EGC.
Murray,
Robert K., Granner, Daryl K., Rodwell, Victor W. 2009. Biokimia Harper Edisi 27.
Cetakan I, Jakarta: EGC
www.google.co.id/metabolismeasamamino/10-03-12
www.google.co.id/pengaruhhormonpadametabolismeasamamino/10-03-12
www.google.co.id/pengaturanmetabolismeasamaminoolehhormon/10-03-12
No comments:
Post a Comment